January 24, 2011

Belum Saatnya Pak SBY Dapat Gelar “Siregar”

OPINI | 18 January 2011 | 14:09 1664 78 3 dari 4 Kompasianer menilai Menarik

Presiden SBY hari ini dijadwalkan menerima penghargaan dalam bentuk gelar dari Lembaga Adat Batak, dikabarkan Pak beye akan mendapatkan gelar Siregar sehingga kelak pak beye bisa dipanggil Susilo Bambang Yudhoyono “Siregar” menyusul Ibu Ani dengan tambahan pohan, maka kelak bisa dipanggil Ani Yudhoyono “Pohan”.

Pagi tadi saya sempat menyaksikan berita di metro tv terkait persiapan penyambutan pak sby di medan, sepertinya agenda pemberian gelar akan dirangkai dengan peresmian sebuah gedung museum di Medan.

Kejelasan tentang pemberian gelar ini bisa kita kutip dari jubir partai demokat, bang ruhut sitompul, seperti dilansir berita detik siang ini, ia menyebutkan gelar tersebut sebagai symbol bahwa pak beye adalah pemimpin besar.

Lebih jauh bang ruhut mengatakan bahwa pemberian gelar adat itu menjadi bukti kecintaan rakyat kepada pak beye, pak beye adalah pemimpin tipe pekerja keras yang selalu bekerja serta melindungi rakyatnya.

Sebelum ini kita bisa melihat sejumlah protes dari kalangan mahasiswa yang menolak pemberian gelar tersebut kepada pak beye karena dianggap gagal membawa perubahan dengan indicator seperti kasus-kasus hukum yang tidak kunjung usai, serta pressure dari tokoh agama yang meminta pemerintah untuk bekerja secara serius mengingat selama ini seringkali terjadi perbedaan antara ucapan dan tindakan: “ada beberapa kebohongan”.

Termasuk teriakan mayoritas rakyat kecil yang tidak sanggup menerima beban kenaikan harga sejumlah bahan pokok seperti cabai yang harganya kian pedas, menyusul tarik ulur rencana kenaikan tarif dasar listrik dalam waktu dekat.

Lantas tepatkah pak beye mendapat gelar itu? Sebetulnya pak beye tidak asing dengan pemberian gelar dari berbagai pelosok negeri ketika ia berkunjung, begitu juga dengan penghargaan dari masyarkat internasional. Tetapi kali ini kelihatannya kita dan masyarakat yang hendak memberikan gelar kepada pak beye harus berfikir ulang. Berfikir memberikan gelar jika pak beye telah mampu membuktikan karya nyata untuk melakukan perubahan drastis pada ruang-ruang birokrasi dan pemerintahan. Bersikap revolusioner untuk meredam harga cabai misalnya.

Gelar adat atau apapun yang bersifat kearifan local semestinya tidak diberikan begitu saja, sebab ketika diberikan berdasarkan penilian sempit justru akan menurunkan drajat kearifan local itu sendiri.

Alangkah indah jika pak beye tiba-tiba menolak gelar yang diberikan kepadanya karena merasa belum layak untuk mendapatkannya. Atau, kalau tidak menolak paling tidak menunda penerimaan penghargaan menunggu setelah ia selesai melaksanakan kewajibannya sebagai pemimpin–di penghujung 2013. Sebab, pemimpin yang fokus bekerja keras untuk kesejahteraan rakyat, akan mendapat apresiasi tak terbatas dari rakyatnya.

Sebelumnya saya posting di Kompasiana, rating recomended.

No comments: