April 25, 2012

Sepuluh Pemain Chelsea Akhiri Keperkasaan Barca


Bertandang ke Nou Camp tidak pernah mudah, apalagi dengan hanya berbekal satu gol ibarat menyerahkan nyawa sendiri. Sebab di kandang klub asuhan Pep Guardiola itu selalu membuat tim tamu kesulitan. Klub-klub inggris yang pernah menjalani laga merasakan sendiri bagaimana atmosfir klub catalan dengan ribuan fans mereka hadir di stadium.

Barca musim ini termasuk salah satu tim tersubur di ajang Champions, gol-gol yang dilesakkan pada babak sebelum semi-final menempatkan mereka di atas angin. Prediksi-prediksi menempatkan mereka sebagai kandidat juara bertahan untuk musim ini. Tapi, semua catatan statistik akhirnya kembali pada fakta di lapangan dini hari tadi (Selasa, 25/4). Chelsea berhasil mengunci tiket ke final setelah unggul aggregat 3-2.

Laga semifinal leg kedua di Nou Camp menjadi penentu tiket final. Barcelona harus bisa mengejar defisit gol kontra The Blues, sebab di kandang Chelsea mereka kebobolan satu gol. Praktis sejak awal laga Barca ngotot menyerang, 72 persen penguasaan bola berbanding 28 persen Chelsea, berkali-kali mengancam gawang Peter Cech tapi baru membuahkan hasil pada menit-menit akhir babak pertama, Busquet dan Iniesta berhasil melesakkan dua gol untuk keunggulan Barca sebelum turun minum.

Gempuran Barca menghasilkan dua gol dan satu kartu merah buat kapten John Terry yang menurut wasit melanggar Alexis Sanchez plus satu hadiah finalti di kotak pertahanan Chelsea yang gagal di eksekusi Messi. Sepuluh pemain dibebani defisit dua gol seolah mengakhiri mimpi masuk final anak asuh Roberto Dimateo (RDM).

Kebangkitan Chelsea

Menang jumlah pemain serta unggul dua gol ternyata tidak membuat permainan Chelsea anti-klimaks. Klub asal London seperti tetap menjaga irama permainan dengan gaya bertahan dan sesekali menyerang balik. Asa pasukan Stamford Bridge kembali dibuka Ramires setelah mendapat umpan dari Frank Lampard, dengan berlari kencang Ramires berhasil menbobol gawang Victor Valdes dengan tendangan melambung. Gol ini membuat kubu si biru kembali berenergi sebaliknya kubu catalan dituntut harus menutupi selisih gol.

Strategi RDM dalam pergantian sejumlah pemain patut diacungi jempol. Ia tahu kapan harus menempatkan pemain bertahan dan pemain tipe menyerang. Hasilnya Drogba digantikan dengan Tores pada menit ke delapan puluh.

Asyik menyerang membuat Barca lupa menjaga gawang sendiri. Tores yang mendapatkan bola berlari sendirian tanpa kawalan Puyol yang terlalu jauh ke area musuh, dengan tenang Tores mengecoh gawang Victor Valdes dan berakhir gol, Tores mengunci tiket final dengan kedudukan 2-2.

Diatas segalanya dua laga kandang dan tandang memberikan gambaran strategi dua tim dengan tipe berbeda. Barcelona mengandalkan tiki-taka liga spanyol sementara Chelsea dengan kick and rush ala liga inggris. Tapi akhirnya strategi RDM lah yang menang, bertahan dan menyerang balik adalah cara terbaik mengalahkan Barca setidaknya filosofi itu yang diterapkan RDM. Messi berhasil diredam, Barca memenangi ball posesion tapi gagal mengkonversi menjadi gol. Chelsea tentu saja bangga bisa kembali ke London dengan menorehkan sejarah fenomenal dengan mengalahkan klub terkuat tiga musim terakhir hanya dengan sepuluh pemain. Di final Chelsea menanti kandidat finalis Real Madrid atau Bayern Munchen.  

No comments: