December 9, 2010

Review Buku: Bulan Sabit di Benua Biru







Dalam sejarah, Turki tercatat sebagai tempat peradaban Islam pernah menuai masa keemasan, Istanbul sebagai salah satu kota terbesar di negeri itu pernah menjadisentral kekuasaan Khalifah Utsmaniyah (Ottoman Empire) membawahi kawasan negara Islam seantero dunia, tempat khilafah islamiyah bernaung. Namun era keemasan itu kemudian lambat laun memudar, bahkan pasca 1924 cerita tentang Khilafah itu hilang dan digantikan dengan negara Republik Turki diikuti dengan tradisi sekulerisme gagasan Mustafa Kemal Attaturk.

Republik Turki dengan mayoritas penduduknya beragama Islam menjadikan sekulerisme sebagai ideologi negara, hal itu kemudian berakibat kepada kontrol berlebihan negara atas aktifitas keagamaan warga negaranya, sehingga menimbulkan keresahan tersendiri bagi Muslim Turki, terutama kalangan wanita yang dilarang mengenakan jilbab di sekolah-sekolah, universitas-universitas dan gedung pemerintahan. Bagi sebagian peneliti tradisi sekulerisme Turki sangat berbeda dengan sekulerisme di sebagaian besar negara-negara Barat, Turki bagi mereka dikategorikan lebih ke arah tipologi radikal.

Belakangan, setelah mengalami tarik ulur kekuatan antara kalangan Islamis dan Sekuler dalam panggung demokrasi peta itu berubah. Turki kini dikenal sangat memiliki peran strategis di kawasan Timur Tengah dan Uni Eropa, Turki adalah satu-satunya negeri Muslim yang menjadi anggota NATO, Turki pasca insiden Mavi Marmara mengutuk Israel dan memutuskan hubungan diplomatik, bahkan karena kebijakan strategis Tukri, PM Erdogan ditetapkan sebagai satu diantara 100 orang paling berpengaruh di dunia oleh majalah TIME tahun 2009.

Detail buku:

Judul: Bulan Sabit di Benua Biru: Redefinisi Identitas Politik dan Kepentingan Nasional Turki

Penulis: M Sya'roni Rofii

Penerbit : Atavista Literacy dan Nulisbuku.com

Cetakan : I, November 2010

No comments: