November 24, 2010

Kini, Giliran India Beli Inggris

12904169851509050104

Seperti inilah kondisi yang dihadapi sejumlah klub Inggris saat ini (ilustrasi/google)

Jelang peluit panjang tanda pertandingan Blacburn Rovers kontra Aston Villa akan dimulai, pada lanjutan liga primer Inggris tadi malam dua orang berwajah India dengan stelan rapi mengenakan jas hitam layaknya para eksektutif Inggris berjalan dengan percaya diri tinggi di tengah lapangan. Keduanya melambaikan tangan ke arah supporter, supporter di tribun berteriak kegirangan sembari bertepuk tangan meriah seakan menyambut kehadiran sosok pahlawan.

Barangkali tidak berlebihan bagi supporter Blacburn untuk menyebut dua orang tadi sebagai pahlawan, sebab kedepan mereka pasti akan menjadi pahlawan untuk mengangkat drajat klub kecintaan mereka. Dua orang tadi sekaligus menjadi simbol bahwa klub itu telah resmi mendapatkan pemilik baru. Siapa pemilik baru itu?

Ternyata pemiliknya adalah Rao seorang pengusaha asal India yang memiliki perusahaan bernama Venky London Limited. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan hewan unggas, produk kesehatan dan sektor lainnya.

Keluarga Rao seperti diberitakan sejumlah media Inggris seperti Reuters misalnya menyebutkan bahwa Rao membeli 99.9 persen saham klub papan tengah Inggris itu, kabarnya setelah melakukan pembelian seharga Rp 320 miliar dua hari sebelumnya, pemilik klub akan melakukan perubahan-perubahan penting dalam waktu dekat. Perubahan yang paling mencolok pastinya adalah penggantian nama stadiun sesuai selera pemilik.

Kabar terjualnya klub Blacburn menambah deretan panjang nama-nama asing yang membeli klub Inggris, para penggemar bola tentu masih ingat trend beberapa tahun lalu ketika Chelsea dibeli Roman Abrahamovic seorang taipan minyak asal Rusia, mantan PM Thailand Thaksin Sinawatra yang membeli Manchester City, Liverpool yang akhirnya jatuh ke tangan pemilik asal AS beberapa minggu lalu, tidak lama sebelum penjualan Liverpool ada juga berita tentang penjualan Manchester City kepada perusahaan raksasa milik Syekh Sulayman Al-Fahim seorang pengusaha kaya raya yang memiliki usaha bidang telekomunikasi dan belakangan menekuni dunia penerbangan.

Ada kecenderungan di Liga Inggris kedatangan pemilik baru disertai pula dengan ambisi besar dari sang pemilik, berapapun uang yang dibutuhkan sang pemilik siap mengguyurkan. Chelsea di bawah kendali Abrahamovic enam tahun lalu menggelontorkan milyaran rupiah untuk belanja pemain sesuai selera sang pelatih–saat itu Jose Mourinho. Alhasil, Chelsea secara drastis menjadi klub elit Inggris, klub yang sangat disegani di Eropa dan merambah dunia. Sukses ini hendak ditiru pemilik baru Manchester City dengan teori yang sama “gelontorkan dollar, raih trophi”, namun sayang Man City belum beruntung, klub asal sekota Manchester United itu hanya mampu finish di posisi lima besar musim lalu.

Pembelian klub Blacburn oleh pengusaha asal India itu menandakan bahwa Liga Inggris memang menjadi pusat perhatian banyak orang, tidak hanya pengamat dan penggemar bola, tetapi juga para pelaku usaha yang melihat bola dan lapangan hijau adalah investasi. Blackburn oleh pemilik baru direncakan akan diarahkan untuk menciptakan brand internasional.

Tidak menutup kemungkinan jejak pengusaha asal India ini akan diikuti oleh sejumlah investor yang begitu tertarik dengan klub Inggris, bahkan sebelum Liverpool terjual beberapa waktu lalu, pengusaha asal daratan China siap-siap menjadi pembeli pertama klub yang bermarkas di Anfield itu.

Penjualan klub Inggris ke beberapa pengusaha asing sempat mendapat kritik dari sejumlah pihak, kritik itu seputar tidak sehatnya kompetisi lantaran pemilik baru hanya mementingkan hasil, memiliki teori “gelontorkan dollar, raih tropi” dan tidak melihat proses sama sekali, mereka begitu fragmatis, akibatnya pelatih-pelatih yang dianggap kurang mampu begitu mudah disingkirkan oleh sang pemilik. Kritik lainnya adalah, pemilik asing yang mementingkan hasil cenderung mencari pemain yang sudah berprestasi di Liga lain, akibatnya generasi muda Inggris terisisihkan begitu saja jika tidak menonjol, imbas lainnya adalah Timnas Inggris mengalami krisis pemain berprestasi–anjloknya prestasi Inggris di EURO dan Piala Dunia adalah ekses negatif kondisi ini, begitu pendapat Michel Platini.

Akhir kata, begitulah iklim investasi dan dinamika Liga Inggris hari ini. Di satu sisi para pelaku sepakbola jika mereka berasal dari klub miskin sangat berhadap dapat kucuran dana segar untuk belanja pemain agar dapat bersaing dengan klub-klub lain yang terlebih dahulu kaya dan memiliki pemilik baru. Sementara di sisi lain, pemilik baru tidak lagi berbicara nasionalisme, mereka hanya berfikir investasi sepakbola di Inggris begitu menjanjikan.

Maka, siap-siap saja Pangeran Charles dan petinggi Inggris lainnya harus mengelus dada karena menyaksikan petandingan Liga Inggris di kampug sendiri dan membayar tiket kepada orang Amerika Serikat, Rusia, Thaiand, Arab, China dan disusul pemilik baru lainnya. Selamat membeli tiket.

Posting di kompasian, 22 November 2010

No comments: