September 25, 2010

Analisa Bigmatch MU Versus Liverpool

Malam Minggu kemarin adalah malam spesial bagi para penikmat Liga Primer Inggris. Dua tim papan atas akan saling menjegal mewarisi tradisi persaingan yang telah lama terjadi antara mereka. Dua klub ini termasuk paling banyak meraih trofi bergengsi di daratan Inggris sehingga pertemuan keduanya sangat dinanti-nanti.

Hingga pekan keempat dua klub ini memang tidak satu kotak “big four” seperti musim-musim sebelumnya. The Red Devils berada di posisi ketiga sementara The Reds nun jauh disana terpuruk bersama juru kunci. Disparitas posisi kedua tim diduga disebabkan oleh kondisi keuangan Liverpool di satu sisi yang goyah, sementara MU terus menujukkan kapasitas sebagai langganan big four dengan kondisi keuangan sehat.

Lantas seperti apa kekuatan keduanya? Mari kita bedah sama-sama.

Pertama, kedua tim tentu masih berharap bisa mengambil alih trofi yang kini digenggam Chelsea. Bukan impian yang mustahil memang, sebab laga masih akan terus bergulir hingga tahun depan, sehingga setiap kemungkinan pasti terjadi hingga 2011. MU-Liverpool masih punya banyak waktu untuk memotivasi diri dan meramu kekuatan.

Kedua, dari sisi pemain, MU sedang dipusingkan oleh skandal seks strikernya Wayne Rooney yang berdampak pada performa di lapangan, belum lagi cedera sejumlah pemain penting seperti Antonio Valencia akibat bermain di Liga Champions, namun Sir Alex Ferguson masih memiliki lapis kekuatan yang tidak kalah berbahaya semisal Berbatov yang mulai atraktif, Owen yang sesekali menjadi penyelamat, dan para pemain senior MU. Sementara dari sisi Liverpool kekalahan di laga-laga sebelumnya menjadi hambatan psikologis, tetapi tidak cederanya Fernando Torres menjadikan lini depan Liverpool sangat berbahaya, apalagi jika mendapat suplai dari Joe Cole atau Steven Gerrard yang selalu tampil spartan, Dir Kuyt termasuk barisan depan yang siap mengancam kiper Van Der Sar.

Ketiga, dari sisi pelatih. Roy Hoodgson yang menangani Liverpool setelah ditinggal Benitez menjadi teka-teki bagi setiap orang yang ingin menganalisa Liverpool, sebab pelatih ini tidak banyak berbicara di depan media dan termasuk sosok low profile barangkali rekan-rekan Kompasiana bisa mencari tahu lebih tentang Hodgson, tetapi kepercayaan Liverpool menyerahkan armadanya kepada pelatih ini mencerminkan Hodgson bukanlah pelatih sembarangan, nyatanya Liverpool bisa meraih kemenangan di ajang UEFA, semakin tertutup si pelatih tentu akan semakin menarik menebak strateginya. Hal serupa tentu ditujukan kepada Ferguson, pelatih yang sukses menangani MU selama beberapa dekade tidak diragukan lagi akan mengeluarkan ramuan terbaiknya meladeni Liverpool di laga sepenting ini.

Keempat, tentang psikologi tim. Dua tim ini tercatat memiliki tradisi juara di berbagai ajang, dari yang lokal sampai internasional. Trofi Champions, Liga Primer, Piala FA, dan piala bergengsi lainnya tersimpan rapi di kandang masing-masing. Raihan prestasi mentereng mengobarkan semangat keduanya. Boleh jadi keduanya akan berfikiran, “lebih baik dikalahkan klub kecil daripada harus mati di kandang “the big fours”. Nyatanya, boleh saja posisi keduanya diganggu oleh tim seperti Man City, Everton atau Totenham, tetapi kalah oleh klub besar adalah petaka yang patut dihindari atas nama harga diri.

Trend musim lalu, siapa yang mampu menjegal the big fours memiliki kans yang lebih besar untuk menjadi juara liga inggris.Malam Minggu kemarin adalah malam spesial bagi para penikmat Liga Primer Inggris. Dua tim papan atas akan saling menjegal mewarisi tradisi persaingan yang telah lama terjadi antara mereka. Dua klub ini termasuk paling banyak meraih trofi bergengsi di daratan Inggris sehingga pertemuan keduanya sangat dinanti-nanti.

Hingga pekan keempat dua klub ini memang tidak satu kotak “big four” seperti musim-musim sebelumnya. The Red Devils berada di posisi ketiga sementara The Reds nun jauh disana terpuruk bersama juru kunci. Disparitas posisi kedua tim diduga disebabkan oleh kondisi keuangan Liverpool di satu sisi yang goyah, sementara MU terus menujukkan kapasitas sebagai langganan big four dengan kondisi keuangan sehat.

Lantas seperti apa kekuatan keduanya? Mari kita bedah sama-sama.

Pertama, kedua tim tentu masih berharap bisa mengambil alih trofi yang kini digenggam Chelsea. Bukan impian yang mustahil memang, sebab laga masih akan terus bergulir hingga tahun depan, sehingga setiap kemungkinan pasti terjadi hingga 2011. MU-Liverpool masih punya banyak waktu untuk memotivasi diri dan meramu kekuatan.

Kedua, dari sisi pemain, MU sedang dipusingkan oleh skandal seks strikernya Wayne Rooney yang berdampak pada performa di lapangan, belum lagi cedera sejumlah pemain penting seperti Antonio Valencia akibat bermain di Liga Champions, namun Sir Alex Ferguson masih memiliki lapis kekuatan yang tidak kalah berbahaya semisal Berbatov yang mulai atraktif, Owen yang sesekali menjadi penyelamat, dan para pemain senior MU. Sementara dari sisi Liverpool kekalahan di laga-laga sebelumnya menjadi hambatan psikologis, tetapi tidak cederanya Fernando Torres menjadikan lini depan Liverpool sangat berbahaya, apalagi jika mendapat suplai dari Joe Cole atau Steven Gerrard yang selalu tampil spartan, Dir Kuyt termasuk barisan depan yang siap mengancam kiper Van Der Sar.

Ketiga, dari sisi pelatih. Roy Hoodgson yang menangani Liverpool setelah ditinggal Benitez menjadi teka-teki bagi setiap orang yang ingin menganalisa Liverpool, sebab pelatih ini tidak banyak berbicara di depan media dan termasuk sosok low profile barangkali rekan-rekan Kompasiana bisa mencari tahu lebih tentang Hodgson, tetapi kepercayaan Liverpool menyerahkan armadanya kepada pelatih ini mencerminkan Hodgson bukanlah pelatih sembarangan, nyatanya Liverpool bisa meraih kemenangan di ajang UEFA, semakin tertutup si pelatih tentu akan semakin menarik menebak strateginya. Hal serupa tentu ditujukan kepada Ferguson, pelatih yang sukses menangani MU selama beberapa dekade tidak diragukan lagi akan mengeluarkan ramuan terbaiknya meladeni Liverpool di laga sepenting ini.

Keempat, tentang psikologi tim. Dua tim ini tercatat memiliki tradisi juara di berbagai ajang, dari yang lokal sampai internasional. Trofi Champions, Liga Primer, Piala FA, dan piala bergengsi lainnya tersimpan rapi di kandang masing-masing. Raihan prestasi mentereng mengobarkan semangat keduanya. Boleh jadi keduanya akan berfikiran, “lebih baik dikalahkan klub kecil daripada harus mati di kandang “the big fours”. Nyatanya, boleh saja posisi keduanya diganggu oleh tim seperti Man City, Everton atau Totenham, tetapi kalah oleh klub besar adalah petaka yang patut dihindari atas nama harga diri.

Trend musim lalu, siapa yang mampu menjegal the big fours memiliki kans yang lebih besar untuk menjadi juara liga inggris.

No comments: