September 27, 2010

SBY, Presiden Terseksi Sedunia

Setiap pemimpin memiliki gaya masing-masing untuk mengatur rakyatnya, ada yang otoriter, sosialis, tengah-tengah, dan demokratis. SBY termasuk pemimpin yang demokratis sejak dipilih secara langsung melalui mekanisme demokrasi yang secara mekanisme cukup demokratis baik pada pemilu bagian pertama tahun 2004 atau pemilu bagian kedua yang berakhir dua putaran pada tahun 2009 lalu.

Pak SBY baik pada periode pertama maupun kedua banyak mencatat rekor penting dalam kepemimpinannya. Indonesia tercatat sebagai penyelenggara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah AS, India, kemudian Indonesia, itu cerita lama, selain itu dianggap berhasil menyelesaikan sejumlah konflik di daerah. Termasuk menjadi pemeran penting dalam bencana kemanusiaan yang membutuhkan bantuan internasional. Tak lupa, forum-forum internasional nan bergengsi berhasil digelar di Indonesia.

Cerita di atas sangatlah penting dan tentu saja sangat formal. Tetapi mari melihat cerita yang tidak begitu penting tetapi menjadi pusat perhatian rakyat yang dipimpin pak SBY. Ya, rakyat melihat sesuatu yang tidak penting kini menjadi sangat penting, setidaknya itu filosofi yang digali Wisnu Nugroho atau akrab dengan sebutan mas Inu dengan mencatat diary Istana pak SBY diblog Kompasiana.

Kita yang dari rakyat kecil ini melihat cerita dibalik istana sangat antusias. Ini menandakan bahwa rakyat memiliki rasa kedekatan dengan pemimpinnya dan ingin mengetahui segala hal tentangnya. Tetralogi ”Pak Beye dan Istananya”, ”Pak Beye dan Politiknya,” disusul nanti (karena yang ini dalam proses menuju terbit) ”Pak Beye dan Kerabatnya,” terus menduduki rekor penjualan fantastis, untuk buku bagian pertama saja sudah mengalami dua kali cetak dalam dua bulan. Buku yang laris manis yang diterbitkan Kompas itu menandakan betapa ”seksi” sosok SBY.

Sebelum ini, buku yang tidak kalah seksi adalah ”Gurita Cikeas” karangan George Junus Aditjondro, mengungkap tentang dugaan adanya lingkaran yang begitu struktural keluarga pak SBY dan jaringan politiknya, menurut George skandal Century tidak terlepas dari keterlibatan pak SBY, keluarga, dan lingkaran politiknya yang diterbitkan Galang Press, sebelumnya George juga menulis buku yang sangat tebal dan lebih detail tentang pak SBY yang diterbitkan LkiS.

Sebagai tambahan info tentang buku, pak SBY juga menerbitkan bukunya yang berisi tulisan, pidato, dan wawancaranya dalam buku yang saya lupa judul persisnya dengan sampul bergambar pak SBY serta sejumlah anak-anak SD berpose di seputar istana.

Tak ketinggalan, juru bicara pak SBY bidang luar negeri, Dinno Patti Jalal menulis tentang keseharian pak SBY dalam lingkungan internasional, buku bersampul biru berjudul ”Harus Bisa!” full color didalamnya konon dibagikan gratis ke sejumlah orang, sayang saya tidak dapat, mau membeli terlalu mahal karena full color tadi, terpaksa saya pinjam dari teman. Disamping pak Dino, pak Andi Mallarangeng dalam kapasitas sebagai jubir untuk urusan dalam negeri pada pemerintahan periode sebelumnya juga menulis, kalau tidak salah berjudul ”nol kilometer dari istana,”. Belum lagi buku-buku lain yang belum sempat ”booming” tetapi meredup karena tidak dikemas dengan ”seksi”.

Seksi yang lain

Apakah cerita keseksian pak SBY berakhir? Tidak. Pak SBY selain dikenal telah menjadi ikon penulisan buku, juga menjadi pencipta, komposer, pemusik, sekaligus penyanyi, seniman atau apalah istilah lainnya. Lengkap sudah bakat pak SBY di bidang seni musik. Semua itu bahkan telah mendapat pengakuan dari para pelaku industri musik dengan mengorbitkan lagu-lagu ciptaan pak SBY dalam bentuk CD, Kaset, dan tentu RBT. Tidak boleh dibajak begitu pesan pak SBY. Pada perayaan kemerdekaan RI, Agustus kemarin, salah satu hits pak SBY masuk dalam daftar nyanyian choir.

Itulah kira-kira yang dapat saya bagi terkait ”keseksian” pak SBY. Membaca tulisan ini barangkali pak SBY—kalau pak SBY tidak sempat baca karena kesibukannya ya ibu Ani, tidak ada bu Ani mas Ibas, kalau tidak ada lagi bisa dari ajudannya, masih belum sempat baca ya ibu yang didalam tulisan mas inu yang sering memasak soto ayam buat pak SBY.

Akhir kata, pak SBY adalah pemimpin yang demokratis, sehingga segala tulisan dan pemikiran rakyatnya pasti akan direspon secara demokratis, termasuk mengatakan ”seksi” dalam tulisan ini.

Salam
Yogyakarta, 27 September 2010

No comments: