Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Gadis Rusia itu merubah duniaku seketika, kini aku tidak lagi bisa fokus mengerjakan tugas-tugas sekolah. Yang terbayang hanyalah gerak tubuhnya yang begitu lincah di lantai dansa Dockland. Seolah aku tidak sabar untuk menunggu, akupun lantas buru-buru mencari tahu profil lengkapnya. Akhirnya nomor handponya kudapati. Jalan itu telah terbuka, pikirku.
Saat itu aku masih berusia 21 tahun, sementara Anna masih 19 tahun. Kata-kata terindah yang pernah aku ucapkan pertamakali di depannya adalah, “kau adalah gadis tercantik yang pernah terlintas di depan mataku,” aku coba meyakinnya.
Waktu berjalan begitu cepat, momen-momen indah tercatat dalam sejarah cintaku. Akupun memutuskan untuk melamarnya. Tetapi saat itu ia menolak lantaran masih menunggu persetujuan orang tuanya. Ketika ia pulang ke Rusia tanpa diketahui aku mengikutinya dari belakang. Inilah caraku meyakinkannya bahwa aku serius untuk melamarnya.
Akhirnya, dia memutuskan untuk menikahiku walaupun tanpa persetujuan orang tuanya. Belakangan kami memberitahukan kepada orang tua Anna tentang pernikahan kami, mereka setuju bahkan menghadiahi kami berbulan madu ke sejumlah negara, termasuk Mesir.
Namun, akhir cerita cintaku tidak seindah pandangan pertama, kami memutuskan untuk bercerai. Di saat terakhir aku bersamanya ia terkesan tertutup, ia hanya mengatakan keluarganya adalah utusan resmi negaranya di luar negeri, ia juga tidak pernah lagi mengenalkanku dengan teman-teman Rusianya ketika sedang berkumpul bersama. Perceraian adalah keputusan sulit, tetapi harus dilakukan..
Cerita terakhir terntangnya, Anna bekerja di Bank Barclays, Inggris, saat memiliki cukup uang ia berencana untuk berlibur ke Amerika Serikat.
Kira-kira begitulah kisah Alex Chapman, mantan suami Anna Chapman seperti dikutip Daily Mail.
Anna Chapman belakangan diberitakan tertangkap di AS oleh agen CIA dan FBI ketika masuk di wilayah AS. Ia diduga sebagai agen spionase wanita Russia. Motif Anna adalah mendekati orang-orang yang dianggap memiliki banyak informasi dan mengumpulkan informasi tersebut sebanyak mungkin tentang AS untuk kemudian dikirmkan ke otoritas terkait di negaranya.
Kisah ini mengingatkan kita tentang sepak terjang spionase dalam geostrategi negara-negara di Dunia. Anna adalah satu diantara sekian banyak agen wanita yang melakukan kerja intelijen untuk negaranya. FBI sendiri seperti disebutkan Daily Mail telah menyelidiki Anna selama sepuluh tahun, namun baru tertangkap minggu ini.
Saat berita terkait Anna tersebar, pihak AS, Inggris, dan Russia kelihatannya sedikit mengalami grafik “dahi mengkerut”, tetapi menurut kabar hubungan negara-negara ini tidak terganggu oleh tertangkapnya sang agen.
Kisah mata-mata yang mirip dengan Anna adalah Mata Hari, Mata Hari termasuk tokoh kontoversial dalam sejarah spionase dunia, terutama di saat Perang Dunia I masih berkecamuk. Wanita yang pernah tinggal di Jawa dan Sumatera itu dikenal sebagai seorang penari cantik nan seksi yang pernah bepergian ke banyak kota, dan banyak negara lantaran kecantikan yang dimilikinya. Ia mampu mempengaruhi banyak birokrat dengan tubuh seksinya. Mencari sebanyak mungkin informasi untuk disuplai ke negara yang menggunakan jasanya.
Mata Hari yang kelahiran Friesland, Belanda itu pernah bekerja untuk Perancis sekaligus untuk Inggris yang sebetulnya sedang bermusuhan. Kerja Double Agent kemudian menjadi cerita penutup dari akhir kisah wanita itu, ia dihukum mati lantaran menyebarkan informasi kepada pihak musuh.
Informasi, adalah kata penting yang harus didapatkan oleh wanita-wanita ini terkait negara dimana mereka di tempatkan. Bagi lembaga CIA, M16, Mossad dan agen serupa informasi pertahanan adalah hal mutlak yang harus dimiliki. Perubahan norma dunia menyebabkan semua negara berhati-hati dalam bertindak karena perang yang ada sekarang adalah perang “otak” dan perang “informasi.” Persebaran nuklir yang belakangan menjadi isu penting dalam politik dunia membuat agen-agen ini bekerja cepat dan otomatis menghabiskan dana besar pula. Negara-negara besar memang tidak segan-segan mensuplai dana sebanyak mungkin untuk mengeathui keadaan negara lain.
Profesi intelijen memang sukar dipahami oleh masyarakat awam. Hasil kerja mereka adalah kebanggan bagi negara, tetapi bagi musuh hal itu adalah ancaman terbesar.
(M Sya’roni Rofii)
Catatan: Tulisan ini pernah saya posting di blog Kompasiana (menjadi highlights, dibaca lebih dari 1000 kompasianer dalam beberapa hari), sehingga saya sertakan contoh komentarnya.
Hmmm…. ini sepertinya hanya terjadi di dalam film dan novel ya… tapi nggak tuh… memang banyak sekali terjadi… masih ingat kasus matahari?!
Mbak ML, terima kasih banyak atas komentarnya. Ehm, saya jadi sungkan dikomenin pertama oleh mbak ML.
Iya mbak kelihatannya seperti di novel n film2 seperti James Bond dkk, tetapi kenyatannya memang ada banyak wanita berperan sebagai agen spionase. Dan, Mata Hari tetap menjadi bahan rujukan studi dlm sejarah spionase…
Hehehe…saya ikuti berita ini kemaren di koran..hehehe…keren ya..seperi di film…
Haha, iya mas Feliz. banyak film berangkat dari kisah nyata intelijen. Ada yg mengatakan novel yg difilmkan “Sang Penari” diperankan Tamara Blezinksi, diangkat juga dari kisah mata-mata Mata Hari…
haha, gitu mas ya. Hati-hati lho ntar dibaca terus dikomenin sama Mossad…:)
mbak Dian, ga jauh beda sama twilight lah…:)
alasannya, di Twilight, Edward Cullen si Vampir jadi mata2 di kehidupan manusia..
nah lho… cewek cantik dari dulu berbahaya ha ha ha ha
mbak Dev, haha, cantik tetapi tidak bahaya banyak juga kan mbak..:)
kalo naik pesawat mbak2 pramugari menjaga kita dari bahaya…:-)
Berbeda dengan Intelenjen kita, menyusupnya bukan ke negara lain……tapi ke NU dan Muhammadiyah….
Mengapa ya?
mas Erry, ssst, nanti biar bapal intel yang komment…(silahkan bapak intel isi titik ini……………………..)
tapi mungkin biar ongkosnya ga mahal. kantor pp muhammadiyah d jogja, kantor nu di jakarta, tiket kereta atau pesawat bisa dijangkau…:)
Itu beda antara negara berdaulat dgn “DAULAT TUANKU, kita kelihatan masih ditaraf daulat tuanku masih jauh dari angan2 berdaulat atas negara sendiri.
Negara berdaulat memang membutuhkan strategi komprehensif…
Terima kasih buat apresiasi rekan-rekan semua.
Salam Kompasianer.
kalo densus 88, yg dicuragainya aja pasti mati, apalagi pelakunya pasti lebih mati,,,
Setiap lembaga diberikan wewenang hukum dan dasar hukum bertindak, itu yang terpenting…:)
Itulah hebatnya Anna Chapman, biar jatuh cinta tapi masih tetap setia untuk negaranya Rusia.
Nasionalisme masing-masing orang terkadang dipengaruhi orang-orang disekitarnya…:-)
istriku agen juga keknya….agen sejuta sunlight…^^
dalam beberapa tahun ke depan, holywood siap produksi film dengan judul: my wife is a Spy
sebenarnya sudah banyak mas seeperti James Bond, Mr and Mrs, Mission impossible. Menarik juga sih untuk judul my wife is a Spy…:-)
di Indonesia juga banyak mata2 Barat yang berkedok Turis. Mereka masuk Kalimantan, Sulawesi, Papua, bahkan ke pulau2 kecil seperti Lombok, halmahera, dll.
Mereka mengumpulkan sebanyak mungkin informasi ttg Indonesia sedetail2 nya.
Tp syang, negara kita lemah sekali dlm Inteligen.
@mas Subki: kalau kondisinya seperti itu, maka disitulah arti penting memperkuat intelijen dalam negeri untuk melakukan kontra-intelijen. mengawasi intel asing tanpa harus membuat setiap orang asing terganggu. Yang terpenting adalah para wisatawan asing nyaman berada di Indonesia, tetapi jika menyalahgunakan pasport tentu pihak keamanan harus bertindak tegas.
@mas budi: hehe…
intelijen itu merupakan senjata paling ampuh bagi suatu negara…jadi inget kehebatan kisah mata mata mossad eli cohen dan wolfgang lotz..
No comments:
Post a Comment