October 6, 2010

Kabinet 2009-2014 Minimal Seperti Sri Mulyani (SMI bagian II)

Akhirnya, Presiden terpilih periode 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono, menyatakan sinyalemen terkait posisi menteri. Hal itu diungkapkan pada saat buka puasa bersama di kediaman Agung Laksono, akhir agustus kemarin. SBY menyatakan akan memanggil menteri (beberapa mediamenyebutkan dengan cara kontak langsung ke HP pribadi) pada minggu awal oktober.

Dalam kesempatan tersebut SBY secara eksplisit menerangkan kriteria-kriteria kabinetnya. Mirip dengan saat menguraikan kriteria calon wapres saat pemilu 2009 berlangsung. Secara garis besar--yang saya ingat dan bayangkan--kriterinya meliputi: punya integritas, akuntabel, bersih, jujur, dll.

Sejauh ini, kita banyak menyaksikan nama-nama berseliweran baik di media cetak maupun elektronik, lebih-lebih di dunia maya yang diusung oleh partai-partai mitra koalisi. Partai koalisi tanpa malu-malu menyodorkan sebanyak mungkin nama dan pada akhirnya keputusan memilih diserahkan kepada SBY.

Dalam catatan ini, sebagai warga biasa, kita hanya berharap presiden terpilih tidak salah dalam memilih kabinetnya. Performa kabinet yang ada sekarang cukup baik, tinggal melakukan tambal sulam ke beberapa lini yang kinerjanya kurang maksimal dan itu kebanyakan terjadi pada pos-pos yang diisi menteri titipan partai.

Mengapa Sri Mulyani? Pertama, yang pasti Sri Mulyani adalah kalangan profesional yang tidak ikut dalam arus perebutan kekuasaan sebagaimana yang lazim terjadi di lingkaran partai.

Kedua, menko perekonomian-keuangan ini telah banyak melakukan terobosan-terobosan di jajaran departemennya sehingga tercipta departemen yang bersih dan transparan jika dibandingkan dengan departemen lain.

Ketiga, wanita yang kembali dinobatkan sebagai salah satu wanita paling berpengaruh 2009 versi
Forbes ini banyak membantu negara mendatangkan pajak lewat dirjen pajak yang telah dirombak.

Keempat, Seluruh kriteria SBY terpenuhi bahkan melampaui.

Kelima, Sri Mulyani dalam beberapa kesempatan berani beda pendapat dengan presiden/menolak perintah (seperti pada saat permintaan pencairan dana bagi salah satu perusahan dalam negeri dalam masa krisis global)--dan, tentu kita berharap periode berikutnya jika dipilih lagi Ibu Sri juga harus berhati-hati terkait dunia perbankan-ekonomi-makro yang sangat "neolib itu".

Beberapa alasan ini paling tidak bisa menjadi bahan pertimbangan presiden untuk memilih menteri lain untuk masa terakhir mengabdikan diri bagi negeri selama lima tahun ke depan.

Catatan: postingan ini juga pertama publish di note pribadi fb saya pada October 17, 2009 at 7:38am.

No comments: